-->

Payudara Jadi Tak Seindah Dulu Bukan Lantaran Menyusui

ibu-menyusui
Ibu Menyusui

Nyoya Mas, belum 23 tahun ketika melahirkan anak pertama. Sejak awal kehamilan bertekat tidak memilih menyusukan bayinya kalau lahir nanti. Alasannyaseperti yang sering ia dengar, juga dari ibunya sendiri, kalau payudara akan menjadi jelek kalau menyusui bayi.

Termakan oleh anggapan itu, Nyonya Mas yang cantiknya mirip selebritas dan payudara seindah Dolly Parton, tak undur tetp nekad tidak mau memberikan tetsan air susu untuk sang darah daging.
Barang tentu, dari payudara seindah itu pasti deras mengucur air susu. Tetapi, siapa bisa menggoyahkan ketetapan hatinya. Tidak juga suaminya, apalagi setelah suamijuga terjebak oleh anggapan “jangan-jangan payudara istri  betul tak seindah dulu lagi”.

Benarkah Payudara Menjadi Jelek?
Anggapan payudara menjadi jelek setelah menyusui merupakan bukan isu baru. Dari dulu anggapan ini sudah sering beredar, bahkan tak sedikit perempuan berpendidikan percaya terharadap isu ini. Mengapa itu dinilai menyesatkan?

Karena memang anggapan itu tidaklah benar. Secara medik, tidak ada yang membuktikan bahwa menyusui bayi akan membuat payudara menjadi jelek.  Karena sejatinya, payudara digunakan menyusui atau tidak pasti bakalan menjadi jelek. Jadi kalau begitu, mengapa tidak digunakan untuk menyusui saja, toh bakalan menjadi jelek dengan sendirinya, jika digunakan menyusui tentu akan lebih bermanfaat bagi bayi karena memang itu hak-nya.

Kita tahu selama proses kehamilan, jaringan payudara mengalami perubahan sebab pengaruh hormon yan dikeluarkan berhubung terjadinya kehamilan.  Kelenjar susu menjadi akif berproduksi. Jaringan penunjang payudara meragang dan itu yang menyebabkan struktur payudara berubah setelahnya.
Payudara tersusun oleh kelenjar susus selain lemak. Semakin besar ukuran payudara, makan semakin memerlukan jaringan penunjang untuk memikul beratnya. Maka, potensi payudara untuk mengendur lebih besar sesuai dengan ukurannya. Makin besar ukuran payudara, maka semakin besar potensi menggelantungnya. Apalagi kalau tidak tepat memilih kutangnya.

Menjadi “Inem” agar Tetap Kekar
Kokohnya payudara  juda ditentukan oleh kondisi otot dada tempat jaringan payudara melekat. Tergantung seberapa kokoh otot dada terbentuk, makin kekar sosok payudara yang didukungnya. Maka, setiap perempuan hendaknya memperkokoh otot-otot dadanya supaya payudaranya tetap kekar idukung otot-ototnya.

ilustrasi-inem
Ilustrasi Inem
Wanita yang melakukan pekerjaan rumah tangga setiap hari umumnya memiliki otot dada yang kokoh. Otot yang terbentuk padat, sinal, dan bernas. Sebagai alas payudara, kekeran otot-otot dada mempengaruhi bentuk payudara juga.

Bahwa payudara yang kekar sekalipun tak mungkin bisa bertahan sekekar sebelum hamil dan melahirkan, siapa yang bisa menyangkalnya. Namun, bilsa otot dadanya lebih kekar dan tidak akan menggelantung nasibnya dibanding yang otot dadanya kurang kekar. Maka, disitu pentingnya mengekarkan otot-otot dada.

Pekerjaan mencuci pakaian (menggilas), misalnya mempertebal dan mengokohkan otot dada. Wanita modern sengaja mengencangkan otot-otot dada dengan mengikuti senam atau fitness. Menurut Trisnan, melakukan pekerjaan rumah tangga (domestik) jauh lebih alami, apapun jenis pekerjaannya, baik menyapu, mengepel, mengaduk tepung, membolak-balikkan beras aron.

Wanita sekarang sering tidak lebih cantik dari Inem di rumah, karena Inem lebih banyak bergerak dari pada ibu majikannya. Inem lebih memancarkan cahaya kemerahan dari kulit wajahnya karena aliran arah di bawah kult wajahnya lebih lancar diibandingkan kulit wajah ibu majikannya. Barang tentu otot-otot dada Inem juga yang membuat payudaranya lebih indah dari milik ibu majikan.

Kerugian Lain tidak Menyusui
Selain ukuran, bentuk dan rupa payudara memang tidak seragam. Ada yang mungil ada yang jumbo. Selain itu, ada yang mancung, ada juga yang pesek. Itu ditentukan oleh bawaannya dari lahir. Boleh dikatakan payudara itu dilahirkan bukan dibentuk, kecuali bila direkayasa dengan operasi atau perlakuan khusus.

Kodrat payudara memang digunkan untuk menyusui bayi. Bila tidak dipakai sesuai dengan kodratnya, tentu akan ada hal yang salah. Kesalahan karena berarti tidak memberikan sang bayi hak mendapatkan makanan terbaiknya. Itu berarti anak belum tentu bertumbuh dan berkembang optimal.
Hanya karena bila diberikan air susu ibu, anak akan seunggul warisan yang diterimanya. Bukan saja sebab ASI lebih bersesuaian dengan tubuh anak, dengan mendapatkan ASI kekebalan anak menjadi prima. Anak yang tidak diberikan ASI lebih sering sakit dibanding yang mendapatkan ASI. Penyakit seringan apa pun merongrong tumbuh kembang anak.

Lebih dari iyu, dengan menyusukan, ibu merasa sudah sempurna sebagai seorang ibu. Tak cukup hanya hamil lalu melahirkan. Pengalaman menyusui bayi juga sebuah fase dalam kehidupan setiap perempuan. Dibalik itu ada sentuhan pad batin ibu. Ada jalinan batin. Ada sentuhan batin.

Inisiasi ASI
Sekarang dikampanyekan agar begitu lahir bayi langsung ditidurkan telungkup di dada ibu beberapa puluh menit. Mulut dan hidung bayi dibiarkan merasakan kulit dada ibu, dan menjadi “dekat” dengan orang yang melahirkannya. Kedekatan in yang melancarkan hubungan batin ibu dan anak. jalinan yang tak terputuskan dengan jarak, atau apa pun lainnya.

Bayi yang mendapat pengalaman inisiasi ASI seperti tersebut di atas biasanya lebih lancar proses menyusuinya. Hubungan ibu-anak menjadi lebih akrab. Proses menyusui lebih sempurna, dan tak tergoyahkan oleh rintagan, atau hambatan apa pun.

Bila inisiasi itu tidak berlangsung, proses menyusui berpotensi terhambat. Kasih sayang ibu lebih tercurah bila mendapat pengalaman menyusukan bayinya. Bayi juga menjadi lebih ada ikatan batin dengan ibunya.

Agar proses menyusui berlangsung lancar, ibu perlu selalu berdekatan dengan bayi. Bahkan ibu perlu mendengarkan tangisan bayinya. Tangisan bayi akan memicu keluarnya ASI lebih deras.

“Rooming-in”
Agar bayi dan ibu selalu berdekatan, bayi harus tidur berdekatan dengan ibu. Di rumah sakit pun bayi disatukan dengan ibunya di sebuah kamar. Tempat tidur ibu dirancang bersebelahan dengan ranjang bayinya. Rancangan ini yang suda sejak dulu dikampanyekan sebagai rooming-in atau “rawat gabung”. Namun, belum semua rumah sakitmaupun RS bersalin mengubah tempat tidur ibu dengan rancangan ini.

Sekali lagu. Oleh karena dengan menyusukan bayi, payudara tiak akan menjadi tidak indah lagi, sedangkan manfaat ASI belum tergantikan oleh susu merk apa pun, alangkah mulianya ibu tetap tulus memberikan makanan terbaik bagi bayinya, sekal saja dalam hidup anak yang tak mungkin ada kesempata kedua. Maukah ibu?

Kutipan buku “Rahasia Sehat Sampai Usia Senja” hal. 92-97 oleh Dr. Handrawan Nadesul (2014)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Payudara Jadi Tak Seindah Dulu Bukan Lantaran Menyusui"

Post a Comment

Bagikan informasi ke teman anda yang membutuhkan.
Silahkan berikan komentar dengan bahasa yang baik dan tidak mengandung SARA
Terimakasih :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel